SAMPIT/tabengan.com – Seorang warga Desa Tumbang Payang, Kecamatan Bukit Santuai, Kabupaten Kotawaringin Timur, bernama Iyur (34) ditemukan tewas dalam kondisi tergantung di sebatang pohon, Kamis (18/7) sekitar pukul 10.00 WIB.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, peristiwa ini bermula saat korban pergi dari rumahnya pada Rabu (17/7) sekitar pukul 24.00 WIB. Setelah itu korban tidak pulang ke rumahnya. Pada Kamis pagi, istri bersama ibu korban melakukan pencarian dan bertemu dengan warga lainnya, Marsito.
Kemudian mereka berpisah, Marsito pergi ke ladang mengambil air di sungai untuk menyiram tanaman terong di kebunnya. Namun, betapa terkejutnya Marsito saat mengambil air di sungai, melihat seorang pria tergantung di pohon pilang dekat sungai tersebut menggunakan kawat, yang ternyata adalah korban.
Peristiwa ini dilaporkan kepada pihak keluarga korban dan Ketua RT setempat. Bersama dengan warga, tubuh korban kemudian diturunkan dari pohon dan dibawa ke rumahnya. Selanjutnya warga melapor kepada aparat kepolisian. Saat polisi tiba di lokasi kejadian, korban sudah dievakuasi dan dibaringkan di tempat tidur.
Kapolres Kotim AKBP Mohammad Rommel SIK melalui Kapolsek Mentaya Hulu Ipda Afandi Winata mengungkapkan, pihaknya sudah meminta keterangan dari sejumlah saksi terkait peristiwa gantung diri tersebut. Dari keterangan istri korban, diketahui bahwa korban menderita sakit yang sering kambuh.
Sakit yang diderita tersebut mulai dirasakan ketika korban bekerja membangun gedung walet di Desa Sebabi tahun 2017. Korban ketika itu tertimpa kayu dan mengenai leher bagian belakang. Sejak saat itu korban sering mengalami sakit di kepala dan pada saat sakitnya kambuh, bicaranya tidak terkontrol. Berdasarkan diagnosa sementara, korban mengalami skizofrenia.
Skizofrenia adalah penyakit mental kronis yang menyebabkan gangguan proses berpikir. Orang dengan skizofrenia tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan.
“Diduga korban melakukan bunuh diri karena sakitnya kambuh,” terang Kapolsek.
Marak di Kalteng
Dalam 3 bulan terakhir, fenomena kasus gantung diri cukup marak terjadi di Kalteng. Dari catatan Tabengan pada Jumat, 8 Mei 2019, seorang pemuda nekat gantung diri di kandang ayam milik orang tuanya. Korban bernama Armayadi (21) warga Jalan Tjilik Riwut Km 29 Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya.
Kemudian pada 24 Mei, seorang perempuan separuh baya, Kalen (47) ditemukan tewas gantung diri di kebun karet di belakang rumahnya di Desa Kenawan, Kecamatan Permata Kecubung, Kabupaten Sukamara.
Berselang seminggu, Sabtu, (1/6) sekitar pukul 10.00 WIB, Rudi Susanto (21), warga Jalan Suka Jadi 2 RT 19 RW 04 Desa Purwodadi, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, ditemukan tewas gantung diri di pohon karet dengan seutas tali nilon.
Masih di bulan yang sama, seorang ibu rumah tangga (IRT) Nurus Sofah Aravina (23), ditemukan tewas gantung diri di mess karyawan PT Wana Sawit Lestari (WSL) 1 Afdeling 9 Dusun Natai Tabuk Pembuang Hulu 1 Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan, Kamis (20/6) siang.
Kemudian pada Sabtu (29/6) sore, diduga mengalami gangguan jiwa, seorang IRT berinisial WN (29) di Jalan Gurame I, Kota Palangka Raya, mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri dengan tali nilon warna biru di rumahnya.
Sementara pada Juli, Hariyanto (23), warga Kompleks Pasar Mandomai No 16 RT 10, Kelurahan Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas, gantung diri dengan seutas tali nilon di dalam kamar rumahnya, Senin (8/7) sekitar pukul 23.15 WIB.
Sepekan kemudian, warga Desa Pondok Damar, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kabupaten Kotim, digegerkan dengan penemuan sesosok mayat pria yang tewas dalam posisi tergantung. Pria tersebut diketahui bernama Samsu (46), warga RT 02, RW 01 Desa Pondok Damar, sehari-hari bekerja sebagai penyadap karet.
Kasus bunuh diri dengan cara gantung diri ini belum termasuk peristiwa gantung diri napi yang terjadi di Rutan Palangka Raya. c-arb/gie