PALANGKA RAYA/tabengan.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya mencatat dalam kurun waktu seminggu, 15-21 Juli 2019, telah menangani sebanyak 15 kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), dengan luas lahan yang terdampak sebesar 23 hektare.
Plt Kepala BPBD Kota Palangka Raya Supriyanto melalui Manager Pusdalops Penanggulangan Bencana Mesta Sihotang mengungkapkan penanganan Karhutla dilakukan pada 4 kelurahan, yaitu Kelurahan Bukit Tunggal dengan 8 kejadian, Palangka 4 kejadian, Menteng 2 kejadian dan Panarung 1 kejadian Karhutla.
“Tindakan yang diambil antara lain pemadaman standar, pemadaman lanjutan, monitoring dan pemantauan serta blokade perluasan area terbakar. Kebakaran lahan muncul dengan intensitas, sebaran dan durasi yang bervariasi. Ini akan terus kami lakukan tindakan pemadaman,” tutur Mesta saat ditemui Tabengan, Rabu (24/7).
Upaya pencegahan dan pemadaman, terang Mesta, masih dilakukan BPBD bersama dengan otoritas terkait seperti TNI/Polri, BNPB, Dinas Kehutanan Provinsi Kalteng, Dinas Pemadam Kebakaran, Tim Serbu Api Kelurahan (TSAK), Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) dan masyarakat.
“Kami imbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga dan menghargai lingkungan dengan tidak membakar lahan secara sembarangan. Mengingat musim kemarau tahun ini diprediksi lebih panjang, maka tidak bijak untuk membakar lahan karena dapat menimbulkan asap. Meskipun sempat diguyur hujan ringan, namun hal itu tak cukup untuk memadamkan api yang membakar lahan gambut,” ujarnya.
Belum Ada Lonjakan ISPA
Meskipun kabut asap tipis mulai muncul, terutama di pagi dan sore hari, belum ada peningkatan jumlah kasus penderita yang terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Palangka Raya.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo mengungkapkan hal tersebut, Rabu.
“Sampai saat ini belum ada lonjakan yang berarti pada kasus ISPA terkait musim kemarau dan kabut asap. Biasanya pada musim kemarau sejumlah penyakit seperti ISPA maupun diare akan muncul. Saat ini masih dalam kondisi normal,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi penyakit yang kerap muncul saat musim kemarau tersebut, Andjar mendorong dan mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mengonsumsi nutrisi gizi seimbang, beristirahat dan minum air putih yang cukup, serta yang terutama menjaga kebersihan lingkungan.
“Musim kemarau identik dengan penyakit yang mudah menyerang masyarakat karena debu bercampur polutan yang berterbangan dan masuk ke rongga pernapasan. Untuk itu, selalu terapkan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyakit yang merugikan diri kita,” sarannya. rgb