Ekobis  

Polisi dan BKSDA Awasi Jual Beli Bajakah

PALANGKA RAYA/tabengan.com – Pasca ditetapkannya larangan bajakah keluar dari Provinsi Kalteng, Polres Palangka Raya memastikan akan memantau proses jual beli di Kota Palangka Raya.

Kapolres Palangka Raya AKBP Timbul RK Siregar melalui Kabag Ops AKP Hemat Siburian mengatakan pemantauan terhadap bajakah kini telah dilakukan. Meskipun pihaknya masih menunggu regulasi yang ditetapkan pemerintah.

“Kita masih berkoordinasi. Sementara yang kita lakukan hanya bersifat pemantauan karena belum adanya regulasi yang resmi dari pemerintah,” katanya, Rabu (21/8).

Meski demikian, Hemat menegaskan pengawasan ketat akan dilakukan terhadap proses jual beli Bajakah.

“Masih menunggu regulasi untuk bertindak. Namun pengawasan dan pemantauan berjalan,” ujarnya.

Sementara, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng Adib Gunawan mengatakan pengawasan dilakukan dengan mencari tahu dulu peredarannya di luar dan bekerja sama dengan pihak karantina dalam pengawasan tumbuhan ini untuk mencegah ekspolitasi oleh masyarakat.

“Sampai saat ini belum ada surat yang masuk ke pihak kami dalam pengawasan kayu bajakah. Kami meminta instansi terkait untuk mengeluarkan surat dalam pengawasan ini. Karena domain pengawasan kayu bajakah bukan tugas kami,” ungkapnya

Cuma 2 Hari
Setelah hasil penelitian siswa SMAN 2 Palangka Raya viral, sejumlah masyarakat Kalteng hingga di luar daerah, bahkan dunia internasional memburu akar bajakah. Bahkan, harganya melambung tinggi hingga mencapai jutaan rupiah per batangnya.

Namun, pemandangan perburuan terhadap akar bajakah berbanding terbalik dengan informasi dari para pedagang obat herbal khas Kalteng yang menjajakan dagangannya di kawasan Pasar Kahayan Palangka Raya.

Mama Ani, pedagang obat herbal di salah satu blok di Pasar Kahayan, Palangka Raya, Rabu (21/8), mengatakan kayu atau akar bajakah yang saat ini viral hanya laku keras selama 2 hari setelah viral. Saat ini masyarakat yang berburu akar bajakah sudah mulai sepi.

“Kalau kita yang berjualan di sini lakunya hanya 2 hari setelah viral, saat itu per batangnya ada yang berani sampai Rp500 ribu,” ungkapnya.

Wanita yang sejak 2004 sudah berjualan obat herbal khas Kalteng ini menuturkan, saat ini yang paling banyak dipesan bukan akar bajakahnya, tetapi yang sudah di kemasan dan dicampur dengan berbagai akar-akaran dan kayu lainnya.

“Kalau untuk akar bajakahnya sudah mulai sepi, sekarang ini yang banyak dicari pembeli adalah yang sudah kita campur dengan ramuan kayu lainnya, tetapi khasiatnya juga sama. Karena ada beberapa masyarakat yang sudah mencobanya merasa baikan, makanya mereka pesan lagi ke kita,” ungkapnya. fwa/sgh