Banjarbaru/tabengan.com – Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia terus berupaya meningkatkan kesejahteraan petani dengan memaksimalkan segala potensi yang ada, salah satunya mendorong petani lahan rawa pasang surut agar membudidayakan ikan di sekitar area lahan pertaniannya.
“Optimalisasi lahan rawa selain untuk tanamam pangan, juga bisa untuk budi daya ikan yang nantinya meningkatkan pendapatan petani,” terang Wahida Annisa Yusuf, Peneliti Madya Balittra di Banjarbaru, Kamis.
Menurut Wahida, optimalisasi lahan rawa untuk berbagai usaha atau pendapatan petani menjadi bagian dari Program Serasi (Selamatkan rawa sejahterakan petani) yang digaungkan Kementerian Pertanian.
“Dalam Program Serasi ada kegiatan denpam, salah satunya denpam budi daya ikan. Ini model pengelolaan air di lahan pasang surut,” jelasnya.
Lulusan S3 Program Studi Ilmu Pertanian minat Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini menuturkan, denpam budidya ikan mengadopsi pendekatan lokal budaya petani di rawa setempat.
Misalnya denpam bisa dilakukan di saluran atau di kolam sesuai dengan kondisi lahan yang ada.
“Di beberapa tempat, ada budi daya ikan di saluran. Kalau di kebun percontohan Balittra ini, cara budi daya ikan di kolam. Jadi kita membudidayakan ikan lele, nila serta ikan lokal yang hidup di lahan rawa seperti gabus dan papuyu,” paparnya.
Wahida menyatakan, sebagai Balai Penelitian tentu pihaknya ingin memberikan contoh nyata apa yang diharapkan juga dilakukan oleh petani.
Seperti denpam budi daya ikan di area lahan kantor Balittra Jalan Kebun Karet, Kelurahan Loktabat Utara, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan tersebut, kini berhasil dengan ikan siap panen.
“Budi daya ikan ini juga telah berhasil kami bina kelompok tani di Desa Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala. Petani kami ajarkan cara budidaya yang baik, sehingga ikan tidak hanya untuk konsumsi sendiri, tapi juga dapat dijual dengan produksi panen yang besar dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani,” tandas wanita yang menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM) itu.
Sementara Kepala Balittra Hendri Sosiawan mengatakan, total luas lahan rawa di Indonesia yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua mencapai 34,1 juta hektar. Dimana lahan potensial untuk pertanian 19,1 juta hektar dan luas tersedia untuk pertanian 7,5 juta hektar serta luas fungsional untuk sawah satu juta hektar.
Selain untuk pertanian tanaman pangan dan hortikultura, kata Hendri, petani di lahan rawa bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber-sumber air untuk budidaya ikan dan juga peternakan.
“Kegiatan ini dikenal juga dengan istilah sistem pertanian terpadu yaitu menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan dan lainnya dalam satu lahan yang sama,” ujarnya.
Tentunya banyak keuntungan yang didapat petani jika menerapkan pertanian terpadu. Di antaranya itik dan ikan dapat menekan populasi gulma dan hama. Sedangkan kotoran ikan dan itik menjadi pupuk bagi padi.