Tabengan.com – Pertumbuhan ekonomi ke depan tergantung pada consumer-nya yang sekarang ini dikuasai oleh generasi milenial atau yang biasa dikenal dengan generasi Y (generasi bebas).Pentingnya peran generasi milenial itu disadari oleh para pakar ekonomi, termasukk Sahala Panggabean, MBA.
Setelah sukses dengan edisi bahasa Indonesia yang diterbitkan pada Februari 2019, Pakar Koperasi Sahala Panggabean, MBA bersama Sekjen MUI Anwar Abbas, MA melalui buku mereka yang kali ini adalah edisi berbahasa Inggris, “The Ma’ruf Amin Way. Here Comes Indonesia : Asia’s New Tiger Economy.” Buku yang mereka tulis bersama itu diluncurkan di Java Room, The Westin, Jakarta, 3 Oktober 2019.
Buku tersebut menjabarkan analisis perekonomian Indonesia secara tajam tapi menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Abbas dan Panggabean mengatakan bahwa Indonesia yang kini tengah menjelma menjadi Macan Ekonomi Asia akan mendatangkan lebih banyak investor untuk membangun bisnis mereka. Dan dengan dukungan generasi milenial serta generasi Z dan pemanfaatan platform digital akan semakin memperkokoh kedudukan Indonesia di percaturan perekonomian dunia.
Editor buku The Ma’ruf Amin Way, Chandra Saritua, MBA mengatakan bahwa buku yang ditulis bersama oleh Abbas dan Panggabean memiliki dasar analisis ekonomi secara empiris tetapi ditulis oleh keduanya dengan bahasa yang populer.
Buku itu juga menunjukkan perjalanan karir Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin sebagai Ulama Besar yang sarat pengalaman dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai pengajar, politisi, maupun di bidang perekonomian, yaitu sebagai anggota Komite Ahli Pengembangan Bank Syariah Bank Indonesia.
“Kyai Ma’ruf telah memberikan inspirasi bagi kita untuk lebih memberdayakan perekonomian umat melalui ekonomi berbasis syariah dengan menggunakan platform digital demi mewujudkan ekonomi yang berdaulat dan berkeadilan,” terang Chandra.
“Dengan terpilihnya beliau sebagai Wakil Presiden, maka terbuka luas pula kesempatan untuk mewujudkan prinsip ekonomi keumatan yang terdiri dari empat landasan yakni kemitraan, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarakatan dan perwakilan, serta ekonomi arus bawah,” ucap Chandra yang juga merupakan Chairman Nasari Sharia Cooperative tersebut.
Ia menambahkan, buku tersebut mengatur tata kelola ekonomi yang harus berlandaskan semangat kebersamaan, kekeluargaan (gotong royong), semangat persaudaraan, dan kerjasama serta ‘bottom up economics development’. Hal itu akan memperkuat Kelas Menengah sehingga tercipta pemerataan kesejahteraan yang lebih baik untuk sebagian besar masyarakat.”
Lulusan MBA dari UCLA, Amerika itu mengatakan bahwa konsep “The Ma’ruf Amin Way” dapat diwujudkan melalui gerakan koperasi (cooperative movement), di mana di era milenial seperti sekarang ini telah hadir “platform co-op” yakni model bisnis perusahaan “digital start up” berbasis koperasi yang mengutamakan kemaslahatan umat.
Menurut Frans, diperlukan dukungan dari seluruh masyarakat khususnya Pemerintah untuk mengampanyekan bahwa “Koperasi itu Keren,” yang berujung pada itikad dan ikhtiar serius Pemerintah dalam membesarkan koperasi-koperasi yang sudah ada dan mendorong koperasi sebagai pusat inkubasi bisnis UMKM.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir meningkat dari 4,79% di tahun 2015 menjadi 5,17% di tahun 2018, dan Abah KMA bertekad dalam masa pemerintahan beliau bersama Presiden Joko Widodo dalam waktu lima tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi menjadi 10 persen per tahun dan menjadikan Indonesia sebagai ikon pusat ekonomi syariah dunia dengan menggerakkan anak-anak muda generasi milenial dan generasi Z untuk membangun unicorn-unicorn berlandaskan koperasi yang berkelas dunia,” lanjut Chandra lagi.
Dalam sambutannya sebagai Keynote Speaker, K.H. Ma’ruf Amin mengatakan bahwa pemerintahan saat ini sudah meletakkan dasar pembangunan yang akan kian mengangkat kelompok ekonomi bawah melalui pembangunan infrastruktur secara masif. Ma’ruf mengatakan pembangunan infrastruktur akan menekan kesenjangan ekonomi yang ada.
“Keberpihakan terhadap kelompok ekonomi kecil akan jadi fokus utama. Itu sebagai antitesa ekonomi yang condong kapitalistik. Kekayaan tidak boleh hanya beredar pada orang kaya saja tapi terdistribusi kepada seluruh komponen rakyat,” ujarnya.
Ma’ruf melanjutkan keberpihakan kepada rakyat kecil bukan untuk mematikan pengusaha besar melainkan membangun kemitraan ekonomi kecil-menengah dan ekonomi atas. “Disparitas ekonomi antara kaya-miskin, pusat-daerah, antar daerah, produk nasional dan luar harus terus ditekan,” imbuh mantan Rais Aam PB Nahdlatul Ulama ini.
Ma’ruf Amin juga menyatakan ia tak menyangka pemikiran sederhananya terkait ekonomi itu dapat dituangkan menjadi sesuatu yang bagus dalam buku tersebut.
“Sebenarnya pikiran saya ini sederhana, tapi menjadi seperti hebat ketika ditulis. Jadi yang hebat bukan saya, tapi penulis dan semua timnya itu yang hebat,” ungkap Ma’ruf disambut tawa hadirin.
Acara peluncuran buku ini juga dihadiri oleh para menteri serta pejabat negara, seperti Menristek Dikti Mohammad Nasir, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kepala BKPM Thomas Lembong, Ketua BPK Daniel Lumban Tobing, Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir, dan Mantan Kepala BIN A.M. Hendropriyono.
Selain itu, turut dihadiri tamu kehormatan dari negara tetangga seperti Dutabesar Malaysia Zainal Abidin Bakar, Dutabesar Singapura Anil Kumar Nayar, dan Dutabesar Turki Mahmut Erol Kilic.