Tabengan.com – Dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, penggunaan software ilegal oleh perusahaan masih terbilang besar di Indonesia. Ancaman serangan cyber pun terus mengintai selama masih menggunakan software bajakan.
Business Software Alliance (BSA) memaparkan, tingkat penggunaan software di kalangan perusahaan masih di atas 83%. Sedangkan negara tetangga, Singapura dan Malaysia, masing-masing mampu menekannya menjadi 27% dan 51%.
Begitu juga dengan Thailand, Vietnam, dan Filipina yang disebutkan BSA, meski di atas rata-rata penggunaan software tidak berlisensi di kawasan ASEAN, namun ketiga negara tersebut dapat menekan pemakaian software ilegal menuju angka 57%.
“Padahal, penggunaan software yang berlisensi itu pertahanan awal dari serangan cyber,” kata Senior Director BSA untuk wilayah Asia Pasifik, Tarun Sawney di Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Kondisi tersebut yang mendorong BSA menggalakkan kampanye ‘Clean Up to the Countdown’ yang menyasar 10 ribu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang manufaktur, konstruksi, perbankan dan keuangan, teknik, arsitektur, media, desain, teknologi Informasi, dan perawatan kesehatan.
Menurut BSA, perusahaan-perusahaan di bidang tersebut yang banyak memakai software bajakan.
Selain mengajak para pemimpin perusahaan untuk memilih menggunakan software asli, dalam kampanye ini juga perlu dukungan pemerintah dalam mengurangi persoalan tersebut.
Untuk jangka pendek, Sawney berharap dapat mengurangi tingkat penggunaan software ilegal perusahaan Indonesia hingga 80%. Sedangkan jangka panjangnya, Indonesia menurutnya perlu menurunkan tingkat penggunaan software ilegal tersebut hingga mendekati angka rata-rata kawasan.
“Yang saat ini berada di angka 57%. Kedua hal tersebut dapat dicapai apabila pemerintah dengan tekad bulat dalam menindaklanjutinya secara sungguh-sungguh,” tutupnya.