PALANGKA RAYA/tabengan.com – Petani di Bengaris, Kelurahan Tanjung Pinang, Kecamatan Pahandut, Palangka Raya, terpaksa memanen padi yang belum masak dengan merata, Sabtu (26/10). Panen dilakukan karena hama ulat Grayak menyerang tanaman padi. M Naufal, Ketua RT dan Ketua Kelompok Tani, mengatakan dipanen dilakukan sebelum waktunya tiba. “Kena serangan ulat. Banyak sekali ulatnya. Rencana yang tadinya dipanen serentak, jadi seadanya dipanen. Kemarin Sabtu (26/10), kami selamatan, panen pertama, diambil yang masak-masaknya aja,” kata Naufal saat dibincangi Tabengan, Senin(28/10).
Naufal mengakui serangan ulat begitu cepat, hanya dalam waktu semalam. Panen masih dapat dilakukan, hanya saja proses pengumpulan padi menjadi lebih sulit dan waktunya tidak efisien. “Bukan gagal juga sih, cuma agak capek karena padinya itu, numpuk di tanah, jatuh. Jadi kami panenlah seadanya dulu. Kemarin Sabtu sampai Minggu manen. Kan banyak nih lokasinya bukan satu aja, hampir 10 hektar,” katanya.
Naufal mengakui tidak tahu bagaimana cara mengatasi hama ulat Grayak tersebut. Sebab, berbagai jenis pestisida tidak dapat mematikan hama itu. Jenis ulat Grayak merusak tanaman padi, sehingga batang padi menjadi rontok.
Naufal berharap dinas terkait dalam memberikan solusi yang cepat dan tepat. “Ulat gila, satu malam habis diserang ulat. Ulat tentara kalau saya bilang tuh. Kalau biasa tuh Grayak lah, Grayak itu di dalam batang, kalau kami sebutnya ulat pasak. Kalau ini di luar batang, tapi di dalam rumpun. Ulatnya sangat-sangat kebal, jenis obat pestisida, api tahan. Api rokok itu, dikenakan dikulitnya tahan,” jelasnya.
Alfon, Petugas Penyuluh Pertanian membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan, ulat Grayak, adalah ulat pengerek batang. Karena ulat tersebut, waktu panen yang seharusnya 3-4 hari lagi terpaksa harus dipercepat, agar tanaman yang lain tidak terdampak oleh hama ulat Grayak. “Ulat pengerek batang, ulat Grayak. Panennya sebenarnya belum waktunya. 3-4 hari lagi baru panen. Cuma insentitas serangan tinggi, kalau kami biarkan habis. Mau gak mau harus dipanen lebih awal,” katanya.
Alfon juga menambahkan, dalam menanggulangi hama tersebut unsur-unsur terkait telah melakukan kerjasama hingga saat ini. “Kita kerja sama dengan mereka yang pengamat hama dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan di Pal 6. Kita tim dari provinsi, dari Dinas Pertanian, Dinas Tanaman Pangan Provinsi, habis itu BPTP-nya, Pertanian Kota, kerja keroyokan ini,” jelasnya kepada Tabengan.
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalteng, Baini juga mengakui, hama ulat yang menyerang tanaman padi jenis Ceherang tersebut, dalam tahap ringan dapat secara alami diatasi. Namun jika sudah cukup banyak seperti saat ini, harus dilakukan dengan menyemprotkan pestisida.
“Penanganan terhadap hama ulat ini, dalam tahap ringan cukup secara alami saja. Karena ada predator yang akan menjalankan siklus rantai makanan. Tetapi kalau sudah luar biasa baru pake pestisida,” katanya. Rika, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kota Palangka Raya, juga senada. Hama ulat Gerayak tidak terlalu mengganggu jadwal panen raya yang dalam hitungannya sekitar tanggal 6 November mendatang.
“Hama ulat tidak mengganggu jadwal panen. Tergantung petani melihat kematangan gabahnya. Sekitar tanggal 6 November bisa panen. Kemarin dalam usaha menyelamatkan padi yang sudah masak dari serangan hama ulat, jadi terpaksa dipanen lebih dulu. Luasan rencana yang akan dipanen 1 hektare, tetapi harus dilakukan sanitasi lebih dulu, dari gulma dan hal-hal yang mengganggu lainnya,” katanya. dsn