PALANGKA RAYA/tabengan.com – Banyak ragam keinginan dan aspirasi masyarakat, yang disampaikan kepada kalangan DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng). Salah satunya yang diterima wakil rakyat dari daerah pemilihan (Dapil) I, meliputi Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Gunung Mas (Gumas) Andina Theresia Narang.
Sejumlah daerah yang disoroti seperti Pegatan Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan. Masyarakat disana mengeluhkan kekurangan tenaga pengajar, dimana salah satu sekolahnya hanya memiliki 15 orang guru saja. Sementara, ucap dia, jumlah siswa pada sekolah tersebut ada 287 orang. Kondisi ini berbanding terbalik dengan jumlah guru yang mengajar.
Lalu kekurangan sarana prasarana (sarpras), membuat SMKN 1 Katingan Kuala belum bisa mandiri, dalam melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) belum lama ini. Terpaksa sekolah tersebut menumpang ujian di Kecamatan Mendawai, yang merupakan daerah tetangga bersebelahan langsung dengan Pegatan.
Disebutkannya warga yang tinggal di kawasan pinggir laut tersebut, menyampaikan beberapa keluhan serta aspirasi. Sebut saja listrik yang selama ini, hanya menyala ketika malam hari saja. “Listrik menyala tidak 24 jam penuh. Ketika disiang hari, dilakukan pemadaman dan hidup hanya malam hari,” ujarnya disela-sela rapat kerja belum lama ini.
Kondisi ini jelas berdampak, pada sejumlah sektor penting masyarakat. Aktivitas yang dijalani juga terkendala, termasuk usaha masyarakat yang bergantung pada jaringan listrik. Untuk itu pihaknya berharap persoalan ini, mendapat tindaklanjut dari PLN serta pihak-pihak terkait.
Ketiadaan listrik di siang hari juga membuat warga, untuk mengandalkan mesin genset. Akibatnya masyarakat harus merogoh kocek dalam jumlah besar, untuk membeli solar atau bahan bakar genset. Selain itu, sejumlah usulan penting juga disampaikan masyarakat menyangkut sektor infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Terkait itu Ketua Kaukus Perempuan Parlemen (KPP) Kalteng tersebut menilai, masih banyak wilayah dan pedesaan di Kalteng yang minim jaringan listrik. “Penerangan desa, menjadi salah satu aspirasi yang mendominasi. Banyak masyarakat di pelosok yang mendambakan penerangan,” ucap Anggota Komisi III tersebut.
Dirinya mencontohkan seperti sejumlah wilayah, yang benar-benar tidak memiliki jaringan kelistrikan. Akibatnya ketika malam hari, sebagian masyarakat hanya mengandalkan lampu tembok serta genset. Itupun, ucap dia, hidup hanya sampai pukul 22.00 WIB, dimana selebihnya kondisi desa gelap gulita tanpa ada penerangan. Bahkan tidak sedikit diantaranya, warga yang memilih tidur lebih cepat. drn