Tabengan.com – Suku dayak merupakan suku asli yang mendiami pulau Kalimantan. Suku ini pula yang mendiami Bumi Tambun Bungai Bumi Pancasila, Kalimantan Tengah (Kalteng). Ada begitu banyak warisan yang diwariskan oleh leluhur suku dayak ini bagi generasi penerusnya. Salah satu yang sangat dikenal di tanah dayak adalah senjata tajam yang disebut Mandau. Mandau tidak semata senjata untuk kegiatan sehari-hari, tapi juga sebagai alat untuk membela diri.
UPT Museum Balanga sebagai salah satu pemilik koleksi terbesar senjata khas Kalteng ini. Keberadaan mandau di UPT Museum Balanga, tidak saja untuk disimpan, dan dirawat, tapi juga untuk dapat dinikmati secara langsung oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yakni saat berwisata dk UPT Museum Balanga Kalteng.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Guntur Talajan, mengatakan, anak muda saat ini khususnya generasi milenila tentu mengetahui apa itu mandau. Tapi, apakah mereka mengetahui apa yang terkandung dalam mandau tersebut, dan yang terpenting adalah apakah tahu cara menghargai sebuah benda pusaka yakni dengan cara merawat.
“Merawat museum maupun koleksi di dalamnya memerlukan ketelatenan dan pengetahunan. Seperti halnya merawat benda pusaka contohnya mandau. penting bagi pemerintah daerah terutama melalui Disbudpar untuk menjaga dan merawat benda-benda bernilai sejarah ataupun koleksi yang bernilai pusaka. Namun upaya pelestarian terhadap peninggalan leluhur tersebut harus diwariskan secara turun temurun,” kata Guntur, saat memberikan sambutan pada kegiatan Perawatan Mandau yang dilaksanakan oleh UPT Museum Balanga, Senin (10/3) di Palangka Raya.
Guntur mengatakan, khusus bagi para pelajar, disamping datang berkunjung ke museum, disisi lain mereka juga dapat pengetahuan atau edukasi bagaimana merawat benda yang memiliki historis. Para generasi muda terutama kaum millennial dapat menjadi bagian dari upaya menjaga pelestarian terhadap peninggalan leluhur , sekaligus memiliki wawasan pengetahuan tentang benda-benda bersejarah.
Contohnya, ungkap Guntur, senjata khas dayak, setidaknya bisa membedakan yang mana senjata Mandau, Duhung, Ambang, Lunju, dan lain sebagainya. Ini penting untuk keberlangsungan pelestarian nilai spiritual dari benda bersejarah. Benda berupa senjata pusaka yang menjadi ciri khas masyarakat Dayak harus terus diperkenalkan sebagai jati diri daerah.
Kita bersyukur saat ini sudah ada ekonomi kreatif yang menghasilkan miniature berupa pembuatan Mandau. Ya, setidaknya ini upaya memrtahankan dari keberadaan senjata khas yang dimiliki Bumi Tambun Bungai,”ucapnya.
Sementara itu Kepala UPT Museum Balanga, Hasanudin dalam kesempatan itu mengatakan, acara tersebut bertujuan untuk memperkenalkan bagaimana cara perawatan koleksi benda pusaka seperti halnya mandau dapat menjadi pengetahuan bagi generasi muda.
Setidaknya dapat menumbuh kecintaan generasi muda terhadap benda-benda pusaka warisan budaya maupun leluhur yang ada di Kalteng. Disisi lain, generasi muda khususnya pelajar dapat menjadikan museum sebagai sarana belajar serta edukasi, Terutama pelestarian seni budaya dan kearifan lokal hingga menjadikan museum sebagai bagian dari tujuan wisata.ded