PANGKALAN BUN/tabengan.com – Rapid test massal di Pasar Indra Sari Kelurahan Baru, Kabupaten Kotawaringin Barat, banyak pedagang yang tidak mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan rasa ketakutan. Pemerintah Kabupaten Kobar telah mendaftar sebanyak 1.100 pedagang, Sabtu (6/6).
Bupati Kobar Hj Nurhidayah ketika dikonfirmasi perihal banyaknya pedagang yang tidak hadir, dengan tegas menyampaikan akan melakukan rapid test ulang khusus pedagang yang belum hadir.
“Kegiatan rapid test massal di Kobar kita fokuskan di tiga pasar yang ada di Kecamatan Kumai, Arut Selatan dan Pangkalan Banteng, hari ini (Sabtu) serentak. Jika berdasarkan data masih banyak pedagang yang tidak ikuti rapid test ini, maka akan kita lakukan kembali kegiatan ini,” kata Nurhidayah usai kegiatan rapid test massal di Pasar Indra Sari Kelurahan Baru.
Kegiatan tersebut dihadiri Gubernur Kalteng Sugianto Sabran, Kapolda Kalteng, Kajati, Danrem 102/Panju Panjung, LO BNPB Percepatan Penanganan Covid-19 Pusat, Wakil Bupati Kobar, FKPD Kobar dan Ketua Tim Percepatan Pembangunan Kalteng Berkah.
Menurut Nurhidayah, pelaksanaan rapid test massal dengan target para pedagang karena mereka yang paling rentan tertular. Pelaksanaan rapid test ini bermaksud untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
“Jika nanti hasil rapid test ini ternyata ada yang reaktif, maka akan dilanjutkan dengan swab sampel dan kami minta pedagang tersebut sementara waktu untuk melakukan isolasi mandiri, sampai keluar hasil swab sampelnya,” ujar Nurhidayah.
Pantauan Tabengan di Pasar Indra Sari, hampir semua toko tutup dan pedagang sayur-mayur pun tidak ada yang berjualan. Bahkan, banyak pedagang yang hadir di lokasi rapid test massal di Pasar Indra Sari itu namun mereka sembunyi.
Seperti dituturkan seorang pedagang yang tidak mau disebutkan namanya. Dia tidak mau rapid test karena merasa tidak pernah ke mana-mana atau ke kota yang terjangkit.
“Saya sehat aja, apalagi saya ini gak pernah ke mana-mana. Paling dari rumah ke pasar jualan lalu balik lagi ke rumah. Ihhh kada am dites segala, takut am ulun bu (Ah, tidak mau dites segala, saya takut Bu),” kata seorang pedagang dengan logat bahasa Banjar. c-uli