SAMPIT/tabengan.com – Selama masa pandemi Covid-19, seluruh pelajar di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melaksanakan metode belajar dari rumah dengan sistem pembelajaran daring atau online. Namun, metode pembelajaran seperti ini dikeluhkan oleh beberapa orang tua siswa karena selain harus standby mengawasi anak, juga orang tua siswa dibebani penebusan biaya buku paket cukup besar, ratusan ribu rupiah.
Seperti yang diungkapkan Muhammad (40), warga Kecamatan Baamang. Anaknya yang bersekolah di sekolah negeri harus menebus biaya buku paket sekitar Rp600 ribu.
“Anak saya baru kelas II SD, namun dibebani membeli buku paket dan juga LKS sampai ratusan ribu. Padahal kan anaknya juga belajar online, seharusnya sekolah tinggal mengirimkan buku yang berformat PDF saja,” keluhnya kepada Tabengan, Senin (20/7).
Menurutnya, meski memang untuk beberapa buku paket tidak diwajibkan membeli, namun tetap anaknya tidak dapat belajar dengan optimal karena guru sekolah memberikan materi sesuai dengan yang ada di buku paket. Mau tidak mau para orang tua tetap membelikan buku paket karena merupakan kebutuhan anaknya dalam belajar.
“Namun, saya tidak mampu beli semua, sehingga separuhnya saja. Apalagi pada masa pandemi seperti ini pendapatan kita sangat sulit. Jangan dibikin tambah berat,” terangnya.
Terpisah, Kepala SDN 3 Sampit Wates mengaku sekolahnya tidak mewajibkan para siswa untuk menebus buku paket. Terlebih jika orang tua siswa merupakan orang tua yang tidak mampu.
“Kalau di sekolah kami tidak kami wajibkan membeli buku paket. Namun, memang kami ada menyediakan jika ada siswa yang ingin membeli,” kata Wates.
Dia juga membantah jika sekolahnya menjual dan meminta orang tua siswa menebus buku paket dengan jumlah mencapai ratusan ribu rupiah. Dia mengaku hanya meminta siswa menebus buku lembar kerja siswa dengan harga Rp23 ribu.
“Itu pun sesuai dengan kesepakatan rapat dengan orang tua murid. Kita juga tidak mau membebani orang tua siswa di masa seperti ini,” tuturnya. c-may