PALANGKA RAYA/tabengan.com-Pemerintah provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), ingin memberikan yang terbaik kepada masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan. Sejumlah fasilitas disediakan guna memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat yang membutuhkannya, salah satunya menyediakan fasilitas khusus Instalasi Kesehatan Reproduksi (IKR) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus.
Direktur RSUD dr Doris Sylvanus, drg Yayu Indriati menyampaikan, telah menyelesaikan pekerjaan pengembangan beberapa jenis pelayanan, dalam rangka meningkatkan kompetensi rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kalteng dalam bidang pelayanan dasar yang didukung oleh Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran.
“Surat Rekomendasi Gubernur Kalteng dalam proses penganggaran DAK mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Pada 2017, Bappenas dan Kemenkes memutuskan untuk memberikan anggaran DAK sebanyak Rp77 miliar untuk RSUD dan Rp50 miliar rupiah diantaranya untuk membangun gedung IKR,” kata Yayu, Selasa (15/9).
Menurut Yayu, para pejabat di Bappenas maupun Kemenkes sangat respek dengan komitmen dan ketulusan Gubernur Kalteng dibidang kesehatan Ibu dan Anak. Akhirnya gedung IKR dibangun 2018 dan mulai beroperasi 2019. Gedung ini terdiri dari 5 lantai dengan 3 kamar operasi, memiliki ruang perawatan bayi NICU level II dengan 14 inkubator dan ada fasilitas HCU.
drg Yayu mempaparkan fasilitas gedung IKR ini, yang terdiri dari jumlah tempat tidur rawat inap ada 38, tahun ini telah melayani persalinan 647 kasus ibu bersalin dan merawat 675 bayi. Kedepan, menurut drg Yayu, rencananya akan dikembangkan menjadi pusat kesehatan ibu dan anak (PICU dan klinik fertilisasi). Sementara itu. Angka kematian ibu melahirkan 1 orang, sementara bayi 36 kematian.
“Kami harapkan petunjuk dan arahan agar kedepan penanganan kegawat daruratan ibu dan bayi secara komprehensif di IKR berjalan lebih baik lagi,” imbuh Yayu.
Selain IKR, kata drg Yayu, fasilitas lain yang dimiliki oleh RSUD dr Doris Sylvanus, laboratorium mikrobilologi klinik. Dibuat dengan sumber dana berasal dari BTT, 2020 senilai Rp1,398.300.000 dan mulai beroperasi 5 Mei 2020 dengan SK Menkes nomor 405,2020 tentang jejaraing laboratorium. Fasilitas ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan RT-PCR sebanyak 13.519 genetik virus sarscov2 penyebab Covid-19. Sampael dari kabupaten/kota dapat diperiksa dengan hasil yang lebih cepat dibandingkan saat dikirim ke Jakarta.
Kemudian, lanjut drg Yayu, rumah sakit miliki Pemerintah Provinsi Kalteng ini juga sudah memiliki Extracorporal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) pelayanan pada pengobatan batu ginjal dengan metode infasif, tidak membuat luka atau pembedahan menggunakan gelombang kejut untuk menghancurkan fisik endapan yang mengeras pada organ ginjal dan saluran kencing. Peralatan ini didapatkan melalui anggaran DAK bidang kesehatan 2019 kurang lebih Rp5 miliar.
“Kemudian pelayanan Hemodialis terapi untuk gagal ginjal akut yang dilakukan untuk menjaga kualitas hidup. Pembangunan gedung instalasi hemodialis ini hibah dari pihak ketiga senilai kurang lebih Rp3 miliar,” kata Yayu.
Namun, kata drg Yayu, dari segi tenaga spesialis untuk pelayanan hemodialisi masih kurang, sehingga meminta kepada pemerintah provinsi untuk memfasilitasi program beasiswa bagi Dokter Penyakit Dalam konsultan yang konsentrasi pada penyakit ginjal dan hipertensi. Kemudian penyakit dalam khusus untuk keganasan dibidang penyakit darah, penyakit dalam endokrin dan hepar.
“Selain itu fasilitas lainnya RSUD juga membangun mesjid baru dukungan dari Pemda dalam hal ini Biro Kesra Pemda,” terang drg Yayu. yml