Teras Ajak Pemerintah dan Masyarakat Dukung Kalteng Cerdas

Agustin Teras Narang

PALANGKA RAYA/TABENGAN.COM- Rendahnya minat baca menjadi tantangan tersendiri dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini membutuhkan perhatian dari seluruh pihak agar ekosistem pembelajaran yang terbentuk di tengah masyarakat, khususnya di Kalimantan tengah.

Kondisi ini mendapat perhatian dari Senator DPD RI Provinsi Kalteng Agustin Teras Narang. Gubernur Kalteng periode 2005-2015 tersebut pun meminta agar semua saling berkolaborasi meningkatkan minat baca masyarakat. Salah satunya dengan mendukung para pegiat literasi seperti yang tergabung dalam gerakan Kalteng Cerdas.

“Rekan-rekan yang berada di Kalteng Cerdas, patut diapresiasi dan didukung oleh semua pihak. Terutama untuk kerja dan gerakan mereka bagi peningkatan minat baca di Kalteng,” ujar Teras, Jumat (27/11/2020).

Teras menyebut, kehadiran gerakan semacam Kalteng Cerdas akan berdampak baik bagi kepentingan peningkatan kualitas SDM Kalteng. Terutama dalam menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan generasi muda menghadapi era disrupsi dan revolusi industri 4.0 yang sudah hadir saat ini.

Terlebih Pulau Kalimantan, menurutnya, akan menjadi pusat beragam agenda nasional. Mulai dari rencana pemindahan Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur hingga Program Lumbung Pangan Berkelanjutan di Kalteng.

“Dengan minat baca dan belajar yang rendah, generasi muda Kalteng akan sulit menghadapi tantangan persaingan global. Ini yang harus kita hindari agar kita tidak menjadi new minority di tanah sendiri,” ujarnya.

Teras yang sebelumnya dalam kunjungan ke daerah pemilihan, mengikuti diskusi virtual dengan pegiat Kalteng Cerdas dan membagikan pengalamannya soal membaca. Ia mengaku bahwa mulanya tidak hobi membaca, tapi hobi balap. Kegemaran membaca menurutnya tumbuh setelah kuliah dan lalu jadi pengacara.

“Saya punya hobi sebenarnya punya buku. Bukan baca buku. Kalau tugas ke luar negeri atau ke mana saja, selalu cari waktu untuk beli buku. Untuk dibaca sambil menunggu penerbangan,” ujarnya.

Kebiasaan mengumpulkan buku dan mengisi waktu dengan membaca singkat itu lama-lama berkembang. Berlanjut menjadi hobi baca. Setelah jadi pengacara, Teras berkisah lebih banyak membaca putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap atau yurisprudensi. Rekaman berbagai kasus di pengadilan. Kebiasaan membaca lalu bertambah seiring ia menjadi politisi dan pimpinan Komisi di DPR RI.

Saat menjadi Gubernur Kalteng, dengan jujur Teras mengaku tidak sempat lagi membaca karena kesibukan. Mengurus Kalteng yang luasnya 1,5 kali Pulau Jawa dan punya beragam tantangan, menyita waktunya.

“Jujur saja, sewaktu saya jadi gubernur, terus terang, tidak sempat. Hanya baca berkas. Koran pun kadang hanya halaman pertama. Karena ke kantor pagi hari dan kalau sudah menerima tamu, sudah padat sekali,” jelasnya.

Kini setelah tak lagi menjabat, Teras mengaku menyadari saat menjadi Gubernur ia kehilangan banyak waktu dengan buku pengetahuan. Meski pengetahuannya terhadap situasi rakyat Kalteng juga semakin dalam dan tajam.

Kini setelah tak lagi menjadi Gubernur, ia makin banyak membaca. Terutama karena ia harus mengajar di dua universitas terkemuka di Jakarta.

“Untung saya mengajar. Pasca-jadi gubernur, mengajar di 2 universitas, sekarang mengumpulkan lagi dan baca buku. Sekarang jadi kebiasaan lagi. Ini keadaan yang mendorong jadi buku kebiasaan lagi,” jelasnya.

Teras pun menyebut dari pengalamannya membaca, banyak kejadian yang muncul hari ini, datang dari pemikiran penulis buku-buku yang terbit beberapa puluh tahun lalu. Hal ini disebut menunjukkan bahwa ilmu itu berkembang dan bisa diperkirakan bila masyarakat membaca. Dengan demikian, masyarakat bisa melihat peluang kerja atau profesinya di masa depan. Agar peluang hidup lebih sejahtera dapat direncanakan.

Ia pun berbagi catatan tentang buku-buku yang pernah dibacanya. Termasuk buku “Giving” yang merupakan memoar dari Bill Clinton yang adalah mantan gubernur dan Presiden Amerika Serikat. Dari buku itu, Teras mengaku banyak belajar tentang bagaimana harus memberi dalam beragam situasi. Sebagaimana Bill Clinton yang pasca jadi Presiden lalu menggalang jaringannya untuk kolaborasi dan berbagi. Ada yang berbagi dana, berbagi waktu, berbagi keterampilan dan berbagi pengalaman.

“Jadi saya kepikiran, hampir sama dengan saya. Kalau dia giving money, saya tidak punya sebanyak dia. Jadi sudah, akhirnya saya giving time and skills. Makanya kalau sering diskusi, paling senang. Karena itulah waktu bapak buat menerjemahkan Giving, Bukunya Bill Clinton,” terangnya.

Pada penutup agenda itu Teras pun mengutip pandangan dari Heraclitus, seorang Filsuf dari Efesus yang hidup pada abad ke 5 sebelum Masehi yakni panta rhei kai uden menei. Ungkapan yang berarti semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.

“Artinya kamu tidak bisa terjun pada sungai yang sama untuk kedua kalinya. Karena air sungai itu sudah mengalir. Artinya kita jangan berpuas diri. Apa yang sudah dilakukan Kalteng Cerdas ini, anggap saja sebagai pendahuluan. Masih ada bab berikut dan harus terus dilanjutkan gerakan literasi ini,” tutupnya.

Febrianto dari gerakan Kalteng Cerdas pun menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diberikan. Kalteng Cerdas yang terdiri dari bankir, guru, pelajar, ASN dan lintas profesi lainnya disebut semakin bersemangat dengan sokongan moril yang diberikan.

“Terima kasih sudah mendukung gerakan kita bapak. Terlebih kita dari banyak kalangan. Baik bankir, guru, pelajar, ASN dan lintas profesi. Mohon dukungan seterusnya,” ujar Febrianto. ist/ad