Oleh: Pdt. Daniel Susanto S.Th
Saat 3 jaringan sosial media Facebook, WhatsApp dan Instagram down, Senin (4/10) malam lalu, dikabarkan bahwa Facebook diperkirakan kehilangan sekitar US$545 ribu atau setara Rp7,7 miliar per jam selama gangguan itu terjadi.
Miliarder dunia Mark Zuckerberg pun mengalami kerugian US$7 miliar atau setara Rp99,8 triliun. Hal ini juga menyebabkan posisinya dalam daftar orang terkaya di dunia turun peringkat. Diduga ada masalah pada DNS (Domain Name System). Namun, hingga kini belum ada kepastian penyebabnya.
Jika kita renungkan kejadian tersebut, barangkali kita akan semakin setuju dengan pepatah lama yang mengatakan “waktu sangatlah berharga”. Bayangkan saja, hanya dalam durasi beberapa jam jaringan sosial media down kerugian capai triliunan rupiah.
Dari peristiwa tersebut, kita dapat belajar dan memperoleh hikmah bahwa secanggih apa pun teknologi ciptaan manusia, tetap memiliki kekurangan. Manusia memang sebagai puncak dari ciptaan, dikatakan diciptakan segambar dan serupa Tuhan Allah. Tetapi karena dosa yang dilakukan, maka kehilangan kemuliaan-Nya dan menjadi tidak sempurna (Bandingkan, Roma 3:23). Karena itu, kita memerlukan penebusan di dalam Kristus Yesus.
Dalam ketidaksempurnaannya, manusia menciptakan teknologi sebagai alat bantu di kehidupannya. Tetapi, selalu ada saja yang kurang, kecenderungan mengalami error system. Secanggih apa pun teknologi buatan manusia, kita tetap memerlukan Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Tuhan Allah.
Amsal 3:5-6 (TB) Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Pelajaran atau hikmah selanjutnya adalah terkait dengan waktu. Ketika saya mencoba merenungkan peristiwa downnya WA, FB dan IG sejak pukul 23.00 WIB (4/10) lalu, banyak pengguna sosmed tersebut “seolah-olah” kehilangan waktunya. Kemudian memori saya dibawa terbang dan teringat perkataan seorang dosen, ketika masih menjadi seorang mahasiswa di sebuah seminar, di Kota Malang, Jawa Timur. Dosen tersebut mengatakan “waktu adalah kesempatan.”
Mazmur 90:12 (TB) Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Efesus 5:15-16 (TB) Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
Kehilangan waktu sama artinya kehilangan kesempatan. Ketika kita kehilangan kesempatan, maka produktifitas pun kurang bahkan bisa lenyap sama sekali.
Melalui renungan ini, mari semua kita agar tidak melupakan Tuhan Sang Pemberi Hidup dan juga pergunakanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.
Sehingga hidup kita selalu produktif, membawa dampak yang baik bagi orang-orang di sekitar kita dan melalui kita NamaNya yang Suci, Kudus itu semakin dimuliakan. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah tetaplah rendah hati. Amin.