Jakarta/tabengan.com – Dokter spesialis jantung RS Medika Permata Hijau Mohamad Toyibi menilai bahwa mantan Ketua DPR Setya Novanto tidak dalam kondisi darurat saat dibawa ke rumah sakit tersebut.”Saya periksa pasien di lantai 3 pada 17 November 2017, kemudian saya periksa pasien ini tidak ada masalah pada jantungnya. Dilihat dari EKG-nya (ektrokardiogram) tidak ada kegawatan pasien SN (Setya Novanto), EKG-nya baik, jadi bukan kondisi darurat,” kata dokter Toyibi dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin.
Toyibi bersaksi untuk dokter RS Medika Permata Hijau dokter Bimanesh Sutarjo yang didakwa bekerja sama dengan advokat Fredrich Yunadi untuk menghindarkan Ketua DPR Setya Novanto diperiksa dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi KTP-Elektronik.
“Saat diperiksa kondisinya cuma ada luka lecet kalau tidak salah di kening kiri,” ungkap Toyibi yang memeriksa Novanto sehari setelah Setnov masuk ke RS Medika Permata Hijau pada 16 November 2017.
Saat itu perban Setya Novanto pun tampak hanya menempel. Dalam sidang Senin (2/4), perawat Indri Astuti pernah bersaksi bahwa Novanto meminta dahinya diperban meski luka lecet itu tidak perlu diperban.
“Waktu saya lihat lukanya terbuka, ada perban tapi menyingkap, perbannya bukan seperti betulan tapi seperti ditempel, yang saya lihat begitu, tidak ada benjolan,” ungkap dokter Toyibi.
Toyibi lalu membuka baju Setya Novanto dan memeriksa dadanya, ia pun berpendapat dada Novanto mulus, tidak ada masalah.
“Dinding jantung kita sangat kuat, jadi jarang sekali terjadi kalau kecelakaan lalu luka terkena di jantung kecuali ada luka tusuk, dan tidak ada luka biru. Jantungnya pun baik meski sudah pasang ring,” jelas dokter Toyibi.
Toyibi, memeriksa Setnov karena diminta oleh dokter Bimanesh Sutarjo untuk melakukan konsultasi.
“Bimanesh meminta saya evaluasi jantungnya sekaligus dilampirkan gambar EKG-nya,” tambah dokter Toyibi.
Toyibi mengaku mengetahui mengenai Setya Novanto yang dirawat di RS Medika Permata Hijau dari breakingnews di televisi, belakangan ada pesan melalui whatsapp dari supervisor perawat yang memintanya memeriksa pasien atas nama SN.
“Setelah saya perika, saya keluar ruangan ada dokter dari KPK yang bertanya apakah pasien ini transportable atau tidak? Saya jawab bisa karena jantungnya tidak bermasalah, saat itu kondisi pasien sadar betul. Terakhir saya baru tahu namanya (dokter) Johannes,” jelas dokter Toyibi.
Setelah itu ia pun keluar untuk shalat Jumat, dan ketika kembali ke RS, Setnov sudah akan dipindah ke RSCM dan pelataran RS Medika Permata Hijau sudah banyak orang.
Sedangkan dokter spesialis bedah Djoko Sanjoto Suhud mengatakan juga mendapat pesan melalui whatsapp dari dokter Bimanesh Sutarjo yang memohon konsul pasien dengan riwayat jantung kronis dan riwayat trauma.
“Di jalan menuju Medika, saya ditelepon lagi oleh perawat supervisor tidak usah datang ke rumah sakit karena pasien SN akan ditransfer ke RSCM, saya di jalan balik lagi karena pak SN udah mau ditransfer, jadi saya tidak pernah lihat pasien,” kata dokter Djoko.
Dalam surat konsultasi itu, Djoko juga mengaku tidak ada kondisi darurat yang disebutkan Bimanesh.
“Dari surat konsul tidak ada daruratnya,” ungkap dokter Djoko.