SAMPIT/TABENGAN.CO.ID – Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan Kotim Saulina Ari Tonang mengatakan jika berdasarkan data terbaru hingga Sabtu sore ada penambahan sebanyak 15 korban keracunan makanan. Sehingga total korban mencapai 55 orang, dimana sebelumnya mencapai 40 orang dan 1 meninggal dunia.
“Bahkan ada kasus sampai ke Desa Tumbang Kalang. Ini masih berkembang terus. Karena sekarang ada yang melakukan pengobatan mandiri, jadi kita tidak bisa pantau semua.Harapan kita semoga hanya sampai di 55 orang korban ini saja jangan ada penambahan lagi,” harapnya.
Terpisah, BBPOM Palangka Raya Kalteng, melakukan pengambilan sampel bahan baku di tempat yang diduga menjadi lokasi pembuatan kue ipau, Sabtu (1/4).
Ketua Tim Kerja BBPOM Palangka Raya Wiwik Wiranti mengatakan pihaknya mengambil sampel yang belum diambil oleh Dinas Kesehatan setempat. Sebelum pengambilan sampel, pihaknya terlebih dahulu menanyakan kepada pedagang ataupun pembuat kue bagaimana proses pengolahan, hingga bahan baku yang digunakan.
“Dinas Kesehatan mengambil produknya, sementara kami mengambil bahan bakunya, mulai seperti daging sapi, ada kentang yang sudah dipotong-potong dan wortel yang sudah dipotong-potong dan sampel air baku,” ujarnya.
Kemudian sampel tersebut akan diuji di laboratorium BBPOM Palangka Raya untuk dilakukan uji mikrobiologi. Diperkirakan hasil pengujian memakan waktu sekitar 1-2 minggu untuk memastikan penetapan angka penyebab parameter yang akan diuji.
“Jika ada ditemukan kandungan berbahaya yang menyebabkan keracunan, tindak lanjutnya kita lakukan pembinaan kepada pembuatnya dan pedagang yang lain supaya mengutamakan kehigienisan dan sanitasi,” tuturnya.
Sementara itu, Dinkes Kotim dalam pemeriksaan awal menemukan adanya bakteri E-coli pada sampel kue ipau yang dikonsumsi oleh sejumlah warga yang mengalami keracunan makanan.
Kepala Dinkes Kotim Umar Kaderi mengatakan, pemeriksaan sementara pada sampel kue ipau tersebut menunjukkan adanya bakteri E-coli dalam jumlah cukup banyak.
“Sampel kue tersebut sudah kita teliti di Labkesda Kotim. Untuk hasil sementara memang ditemui banyak bakteri E-coli yang terkandung dalam kue tersebut,” ujarnya, Sabtu (1/4).
Dikatakan Umar, pihaknya telah melaporkan kondisi tersebut ke BPOM Palangka Raya. Karena hal tersebut, merupakan kewenangan dari BPOM Palangka Raya untuk memeriksa dan menentukan apakah kudapan khas Banjarmasin tersebut mengandung bahan yang berbahaya atau tidak.
“Kita tadi meninjau kondisi korban bersama Pak Bupati, kita lihat semua kondisinya tertangani dengan baik, termasuk untuk korban usia anak-anak,” katanya.
Umar juga menjelaskan, untuk korban keracunan makanan yang meninggal dunia, korban tersebut memiliki riwayat penyakit lain, yakni penyakit jantung. Korban yang mengalami keracunan makanan tersebut tidak sempat mendapat penanganan medis karena meninggal dunia saat di perjalanan menuju ke rumah sakit.
Bupati Jenguk Korban
Bupati Kotim Halikinnor menjenguk kondisi korban keracunan makanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit, Sabtu (1/4).
Halikinnor yang saat itu didampingi Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit dr Sutriso, Wakil Direktur RSUD dr Murjani Sampit dr Akhya, Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi langsung meninjau satu per satu kondisi para korban, baik dari usia anak-anak hingga dewasa.
Bahkan Halikinnor juga sempat menjenguk salah satu korban yang juga Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotim Zulhaidir yang ikut dirawat di rumah sakit tersebut.
“Semua sudah saya lihat kondisinya dan sudah ditangani dengan baik oleh petugas medis. Alhamdulillah semua sudah menuju ke arah membaik dan tidak ada yang kritis,” ujarnya.
Dijelaskan Halikinnor, sejumlah korban rata-rata mengeluhkan kondisi yang sama. Yakni nyeri perut, muntah dan frekuensi buang air besar dalam jumlah yang banyak. Namun dirinya mendapat informasi dari dokter yang menangani para korban jika kondisi tersebut kemungkinan akan dialami hingga dalam waktu 5 hari perawatan.
Sementara itu, dirinya juga menjamin akan memberikan bantuan pengobatan para korban tersebut. Menurutnya, sebagian memang menggunakan BPJS Kesehatan, namun bagi yang belum memiliki BPJS Kesehatan, dirinya memerintahkan Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit dr Sutriso agar tetap melayani korban dan membebankan pembiayaannya kepada Pemerintah Daerah.c-may