BUDAYA  

Rumah Betang Dayak, Sihir dan Hantu Kepala Terbang Tidak Berani Masuk!

ilustrasi rumah betang

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID- Rumah Betang merupakan rumah adat Dayak di Kalimantan Tengah. Bangunannya khas, berbentuk panggung dan memanjang ke samping atau belakang. Seperti rumah adat pada umumnya, hunian ini dibangun menggunakan material kayu, yaitu kayu ulin dan kayu besi.

Rumah adat Dayak satu ini sangat sulit ditemukan di pusat kota.

Hal ini karena mayoritas suku Dayak lebih suka tinggal di pinggir sungai.

Yuk, kita kupas tuntas setiap bagian dari rumah ini serta filosofinya!

Rumah Adat Dayak di Kalimantan Tengah

1. Ciri-Ciri Betang, Rumah Adat Dayak

Berbentuk panggung memanjang, umumnya rumah ini dihuni 5-7 keluarga.

Panjang bangunan bisa mencapai 30-150 meter, dengan lebar 10-30 meter.

Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku.

Selain karena di dalamnya terdapat lebih dari satu keluarga, ruangan di dalamnya minim sekat sehingga mirip aula.

Ada pula seorang pemuka suku yang menjadi pemimpin setiap rumah Betang.

Pada umumnya rumah Betang memiliki hulu menghadap timur dan hilir menghadap barat.

2. Pembagian Ruang dalam Rumah Betang

Berdasarkan kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalam peletakan ruang pada Rumah Betang yaitu:

  • Sado/poros di tengah bangunan, merupakan jalur lalu-lalang penghuni rumah atau tempat melakukan aktifitas bersama, seperti musyawarah adat atau menumbuk padi.
  • Ruang tidur berjajar sepanjang bangunan, dengan posisi kamar orang tua di paling ujung aliran sungai dan kamar anak bungsu di ujung paling hilir sungai.
  • Dapur menghadap aliran sungai, menurut mitos ini akan mendatangkan rejeki.
  • Tangga dalam rumah Batang harus berjumlah ganjil, biasanya berada di ujung kiri dan kanan rumah serta bagian depan.
  • Pante posisinya di depan bagian luar atap yang menjorok ke atas, ini merupakan tempat menjemur padi, pakaian dan mengadakan upacara adat.

3. Makna dan Nilai Rumah Adat Dayak Betang

Bukan tanpa alasan hunian ini selalu berbentuk panggung dan panjang.

Tujuannya untuk menghindari rumah dari banjir, karena lokasinya berada di pinggir sungai.

Selain itu rumah panggung tinggi akan melindungi penghuninya dari binatang buas dan musuh.

Hal ini karena risiko hidup di dekat sungai adalah kedekatan hunian dengan habitat hewan buas seperti buaya dan ular.

Meski berbahaya, suku Dayak tetap meyakini bahwa membangun rumah di dekat sungai adalah pilihan tepat karena sungai merupakan sumber kehidupan.

Makanya, di sekitar sungai-sungai besar Kalimantan seperti Kapuas, Barito, dan Arut, banyak terlihat perkampungan.

Arah hunian pun memiliki makna tersendiri, ini merupakan simbol bagi masyarakat Dayak.

Hulu yang menghadap timur atau matahari terbit memiliki filosofi kerja keras yaitu bekerja sedini mungkin.

Sedangkan hilir yang menghadap barat atau matahari terbenam memiliki filosofi, tidak akan pulang atau berhenti bekerja sebelum matahari terbenam.

Wah, maknanya sangat dalam bukan!

4. Mitos Hantu Kepala Terbang

Untuk masuk ke dalam rumah Betang, kamu harus menaiki tangga kecil yang hanya muat untuk satu orang.

Lebar tangga ini kurang lebih hanya 50 cm, sangat kecil bukan.

Bila malam tiba, masyarakat akan mengangkat tangga ini dan memasukkannya ke dalam rumah.

Tujuannya agar penghuni rumah terhindar dari serangan hantu kepala terbang alias ngayau atau kuyang.

Masyarakat Dayak percaya, bila tangga masih terjulur ke luar maka ngayau dapat masuk ke rumah dan memburu kepala mereka.

Ssosok ngayau ini konon merupakan perwujudan guna-guna dari musuh penghuni rumah.istimewa