Mahasiswa UPR Serbu Rektorat 

TABENGAN/FERRY WAHYUDI UNJUK RASA- Ratusan mahasiswa UPR saat menggelar unjuk rasa yang menuntut Rektorat membenahi fasilitas, sarana dan prasarana di UPR, Jumat (8/9). Tampak Rektor UPR Salampak Dohong berkomunikasi dengan mahasiswa.

+Keluhkan Kursi, Pendingin Ruangan, LCD Proyektor hingga Dugaan Praktik Pungli

PALANGKA RAYA – Unjuk rasa dilakukan ratusan mahasiswa Universitas Palangka Raya (UPR) pada Jumat (8/9). Massa menyerbu kantor Rektorat UPR dengan maksud ingin bertemu langsung dengan Rektor UPR Prof Dr Salampak Dohong MS.

Massa menuntut agar pihak rektorat dapat membenahi fasilitas, sarana dan prasarana yang dianggap kurang selama ini. Seperti kursi, pendingin ruangan, LCD proyektor hingga dugaan praktik pungli.

Presiden BEM UPR Permutih Imam Basar mengatakan, isu ini sudah berkembang lama dan jawaban dari rektorat selalu normatif.  Setiap kali melaksanakan konsolidasi dengan setiap fakultas yang ada, keluhan selalu sama. Yakni ruangan yang over kapasitas, tidak adanya pendingin ruangan seperti kipas angin atau AC hingga proyektor.

“Bagaimana menciptakan ruang belajar yang nyaman, jika fasilitas saja tidak dipenuhi,” katanya selesai unjuk rasa.

Disebutkan, pihaknya juga mengkritisi masih adanya praktik pungli di kampus. Seperti pembayaran untuk nilai, joki skripsi oleh dosen hingga gratifikasi dengan menebus buku supaya lulus mata kuliah. Kemudian keluhan mahasiswa lainnya, yakni tidak diperbolehkan menggunakan lift yang ada di gedung Merah Putih.

“Banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dibenahi, yakni pelayanan akademik, di mana admin jurusan tidak sesuai jam kerja dan tidak melayani mahasiswa. Bagaimana UPR dapat berjalan baik jika perangkat pendidiknya tidak sesuai,” terangnya.

Melihat adanya aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, Rektor UPR Salampak Dohong kemudian mendatangi massa.

Menanggapi keluhan sarana prasarana yang kurang, Salampak menjelaskan jika tahun ini pihaknya telah membeli 1.500 kursi. Sama halnya dengan LCD proyektor, pihaknya turut menyediakan 200 unit.

“Terkait fasilitas lain seperti kipas angin dan AC itu berproses, tidak bisa bulan ini juga. Semua ada mekanismenya. Kita tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kemudian masalah lift, untuk lift kita belum mendapatkan surat layak operasional,” tegasnya.

Terkait penggunaan lift, imbuhnya, lift tersebut belum memiliki layak operasional, sehingga berisiko jika dinaiki mahasiswa dengan jumlah yang banyak. Berbeda dengan dosen yang mempergunakannya karena jumlahnya yang sedikit.

“Terkait praktik pungli buku oleh oknum dosen akan kita tindaklanjuti. Tahun ini kita juga akan memperbaiki fasilitas internet, listrik. Semua perlu proses,” akunya. fwa