*Gempa M 4,5 di Kotim Rusak Bangunan Musala
SAMPIT/TABENGAN.CO.ID – Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 4,5 terjadi di daerah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Senin (31/10) dini hari. Gempa sekitar pukul 01.21 WIB itu bahkan membuat sebagian bangunan musala di Desa Sungai Paring, Kecamatan Cempaga, rusak.
Camat Cempaga Adi Candra membenarkan jika getaran gempa yang terjadi di Desa Sungai Paring cukup terasa. Bahkan, membuat sebuah musala di tempat itu bagian tiang keramiknya pecah.
“Setelah kita tinjau hanya keramik yang berada di tiang yang jatuh dan pecah. Sementara ini semua masih aman dan tidak ada korban jiwa,” ujarnya.
Getaran gempa bumi tersebut juga dirasakan oleh sejumlah warga di Sampit, yang berada di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Kecamatan Baamang.
Rudi (41) salah satu warga Baamang Jalan S Parman Sampit, mengaku, merasakan getaran tersebut. Awalnya ia mengira getaran yang terjadi karena ada truk tabrakan.
“Lumayan keras dan sempat bergoyang saya sempat mengira ada truk tabrakan,” ujarnya.
Namun, setelah melihat informasi di media sosial terkait gempa, Rudi bersama keluarga langsung berupaya menyelamatkan diri dengan keluar dari rumah.
“Baru kali ini saya merasakan gempa dan juga di Sampit belum pernah sama sekali ada gempa jadi kami sangat panik,” katanya.
Sementara itu, Asih (55) warga Kecamatan Baamang juga merasakan hal yang serupa pada pukul tersebut. Awalnya ia mengira suara heboh di atap rumahnya dikarenakan ada kucing yang sedang berkelahi. Namun, dia memang merasa getaran di atap rumahnya berbunyi lebih kuat dari biasanya.
“Kebetulan atap rumah saya seng. Jadi saat itu suara akibat getarannya (gempa) kuat sekali namun saya kira kucing berkelahi,” katanya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kotim Musuhanaya mengatakan, berdasarkan rilis dari Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter dengan magnitudo M 4,5, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2.31 LS; 113.02 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 25 km Timur Laut Sampit, Kalteng pada kedalaman 13 km.
Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan.
Berdasarkan hasil pemodelan peta guncangan (shakemap), gempa bumi ini dirasakan di Kecamatan Baamang dan Kecamatan Mentawa Baru, Ketapang dengan skala intensitas III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu). Hingga
saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.
“Hingga saat ini, pukul 06.00 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock),” terangnya.
Dia juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat dapat memastikan mendapatkan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi seperti Instagram/Twitter @infoBMKG), website ( http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user pemda, pwd pemda-bmkg) atau infobmkg.
Terpisah, Bupati Kotim Halikinnor mengatakan, gempa yang menimpa sejumlah kawasan di Kotim merupakan hal pertama kali yang terjadi di wilayah ini. Memang diakuinya, gempa bumi yang terjadi dengan tektonik cukup besar, namun karena hanya terjadi sekali dan tidak ada susulan pihaknya memutuskan tidak mengambil langkah apapun.
“Terkecuali ini terjadi terus menerus, mungkin baru akan kita ambil langkah antisipasi. Namun, saya berharap ini hanya gejala alam dan mudah-mudahan tidak terjadi lagi,” harapnya.
Selain itu, menurut Halikinnor, bangunan yang ada di wilayah Kotim pun tidak memiliki konstruksi tahan gempa dikarenakan memang wilayah Kotim yang memiliki riwayat tidak pernah terjadi gempa bumi.
Potensi Gempa di Kalteng
Beberapa bulan lalu, tepatnya 29 Maret 2023, BMKG Kalteng telah memprediksi ada 5 kabupaten yang memiliki potensi gempa bumi, yakni Barito Selatan, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Katingan dan Kota Palangka Raya.
Informasi tersebut didasarkan pada pemasangan alat pendeteksi gempa yang dilakukan di wilayah-wilayah tersebut. Meski begitu, Prakirawan BMKG Kalteng Lian Adriani mengatakan, potensi gempa tidak hanya terdapat di 5 kabupaten tersebut, melainkan di 13 kabupaten dan 1 kota di Provinsi Kalteng yang memiliki potensi gempa bumi, namun hanya dalam skala kecil.
Lian Adriani menegaskan, wilayah Kalteng secara keseluruhan memiliki potensi gempa bumi, meskipun skala gempa yang terjadi lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
“Hal tersebut dikarenakan wilayah Kalimantan tidak dilewati oleh gunung-gunung aktif seperti di Jawa, Sumatera, dan sekitarnya. Memang, data sensor gempa yang dimiliki BMKG masih terbatas pada 5 wilayah, yaitu Kota Palangka Raya, Katingan, Kotim, Pangkalan Bun, dan Barsel. Meski begitu, BMKG tetap mengakui adanya potensi gempa bumi di 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah,” tegasnya kepada Tabengan, Senin (30/10). c-may/jef/drn