PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Bagi orang Dayak, seni ukir ataupun seni memahat menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan sebagai manifestasi dari jati diri tingginya peradaban.
Hanya saja pertanyaannya, apakah semua ini bisa dipertahankan dan diwariskan secara turun temurun.
Jawabannya tentu harus dipertahankan. Simbol Dayak harus terus ditularkan sehingga tidak ditelah oleh peradaban zaman yang serba kekinian.
Dan diketahui, banyak motif dalam seni pahat khas Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng) yang kerap ditampilkan para seniman Dayak, salah satunya motif Luhing Munduk. Motif ini menggambarkan kehidupan sosial budaya di masyarakat.
Dikenal juga dengan pahatan Sandung, Luhing Manduk merupakan jenis patung yang bernilai magis bagi penganut Dayak Kaharingan.
Luhing Munduk merupakan miniatur yang mengilustrasikan kehidupan sosial budaya masyarakat. Tidak hanya itu, miniatur Luhing Munduk ini menggambarkan figur atau ketokohan perilaku seseorang, dan lain-lain.
Biasanya dilengkapi berbagai patung yang mencerminkan etnik Bhinneka Tunggal Ika (Luhing Munduk). Selain itu, Luhing Munduk juga ada ukiran yang mengilustrasikan tentang tarian sakral (kanjan).
Kemudian, ada juga yang mengilustrasikan tentang tokoh agama atau tokoh masyarakat yang sedang melaksankan ritual (manawur).
Patung Munduk ini menyerupai bongkahan kayu. Di dalamnya, bongkahan kayu itu diukir dan diberi beberapa hiasan berupa patung-patung mini atau maniatut sandang. Ist/rca