BUDAYA  

Kenali Bahasa Dayak Siang yang Dinyatakan Nyaris Punah

ilustrasi/net

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID Bahasa Dayak Siang atau Bahasa Siang adalah Bahasa salah satu sub-suku Dayak di Kalimantan, persisnya di Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah.

Bahasa Dayak Siang memiliki keunikan tersendiri dibanding bahasa Dayak lain di Kalimantan, karena keunikan aksen atau pelafalan serta hal-hal lainnya.

Bahasa Dayak Siang dipakai atau digunakan oleh  sebuah suku di Kalimantan Tengah (Kabupaten Murung Raya) yang bernama Dayak Siang, dimana suku ini diperkirakan populasinya sekitar 86.000 Jiwa.

Bahasa Dayak Siang dibagi menjadi dua, yaitu Bahasa Dayak Siang yang dipakai Suku Dayak Siang yang bermukim di pedalaman atau daerah pegunungan/dataran tinggi Kabupaten Murung Raya, seperti Kecamatan Tanah Siang, Sungai Babuat dan beberapa kecamatan lainnya.

Biasanya bahasa ini disebut “Bahasa Siang” saja atau Bahasa Siang “Sondang”, dan pemakaiannya lebih meluas.

Sedangkan satunya lagi yakni Bahasa Dayak Siang Murung, dipakai oleh Suku Dayak Siang yang bermukim di sekitar sungai Murung (Barito) dan dataran rendah, dimana asal muasal bahasa siang itu sendiri.

Walaupun kedua Bahasa Siang ini mengalami perubahan dari segi kosakata dan dialek, namun baik Bahasa Siang maupun Bahasa Siang Murung masih memiliki banyak kesamaan.

Namun sangat disayangkan, berdasar pernyataan Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalteng Muhammad Muis, Bahasa Siang justru semakin sedikit dituturkan masyarakat Dayak atau terancam punah.

“Sejatinya 26 bahasa daerah kita yang ada di Kalimantan Tengah ini masih dalam kondisi baik dan digunakan secara baik oleh para penuturnya. Hanya yang menjadi catatan kita, ada bahasa siang yang berasal dari daerah Murung Raya, dimana ada 5 desa yang seharusnya menggunakan Bahasa Siang, namun sekarang sudah ada 2 desa yang sama sekali tidak menggunakan bahasa siang tersebut,” ungkapnya, Selasa (21/11).

“Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari daerah tersebut adalah dikarenakan generasi muda nya yang malu menggunakan bahasa daerah dan lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia,” lanjut Muis.

Diketahui, untuk huruf l dibaca dengan logat khas Siang, bukan l dalam Bahasa Indonesia, melainkan dibaca antara L dan R dengan getaran atau hempasan lidah menyentuh langit-langit saat mengucapkannya.

Huruf s pada akhiran pula tidak dibaca seperti logat Indonesia, tetapi logat atau dialek khas Siang, yakni dibaca “-yh” atau “ayh”

Contoh kalimat menggunakan bahasa Dayak Siang, itu makananku = onon kanongku, non kanon takuh (Kanon =Makanan). Itu bagian kita = onon potinto, non potin tito (Poti= porsi, bagian), atau Itu ayah kami = onon taman kaih, non taman to kaih (Tama = Ayah).

Penambahan -n, atau imbuhan -n dalam setiap kata akhiran Bahasa Dayak Siang sudah biasa dalam Bahasa Dayak Siang.ist/rca