TAMIYANG LAYANG/TABENGAN.CO.ID-Selain bahasa ibu atau bahasa daerah Siang yang dinyatakan nyaris punah karena makin berkurangnya penutur, terdapat juga Bahasa Paku dari Kabupaten Barito Timur (Bartim) yang benar-benar diambang kepunahan.
Bahkan berdasar hasil penelusuran Tim Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2008, Bahasa Paku dari wilayah Bartim hanya menyisakan 2 orang penutur jati atau pengguna bahasa ibu, dimana keduanya adalah bersaudara kandung (kakak dan adik).
Diketahui, Kabupaten Barito Timur merupakan kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, dimana mayoritas penduduknya adalah suku Dayak Maanyan.
Akan tetapi ada satu kecamatan yang memiliki bahasa yang agak berbeda dari bahasa Dayak Maanyan, tepatnya di Kecamatan Paku yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Karusen Janang dan Kecamatan Dusun Tengah, bahasa tersebut adalah Bahasa Dayak Paku.
Bahasa Paku atau Dayak Paku adalah sebuah dialek bahasa Dayak yang dipertuturkan di wilayah Kabupaten Barito Timur (tepatnya di Kecamatan Paku).
Jumlah penutur bahasa Paku terakhir dicatat adalah sekitar 3.500 penutur (2003) dan semakin berkurang. Saat ini, bahasa ini hanya bisa dituturkan oleh orang-orang tua saja.
Bahasa Paku memiliki kesamaan leksikal dengan Bahasa Maanyan (mhy 77 persen) dan Bahasa Dusun Witu (duv 73 persen).
Dan umumnya, Bahasa Paku memiliki perbedaan kosakata yang cukup signifikan dengan bahasa Dayak yang ada di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito.
Misalnya untuk menyebut jenis binatang, seperti anjing. Jika dalam Bahasa Ma’anyan disebut dengan ‘antahu’, sedangkan dalam Bahasa Paku itu ‘eteng’. Tentu cukup jauh perbedaannya.
Konon, Bahasa Paku hanya digunakan apabila ada pertemuan keluarga atau pertemuan adat dengan sesama warga Paku.
Untuk generasi yang lahir tahun 80an ke bawah, Bahasa Paku sangat jarang digunakan, terutama sebagai bahasa percakapan sehari-hari.ist/rca