BAYI MENINGGAL DUNIA-Ayah Ngamuk, RSUD Doris: Sudah Sesuai Prosedur

PENJELASAN-(FOTO ATAS) Pihak RSUD Doris Sylvanus saat melakukan konferensi pers, Rabu (20/3). (FOTO BAWAH) Afner Jupiwarno selaku ayah korban bayi meninggal (baju tanktop) di RSUD Doris Sylvanus, Rabu (20/3). TABENGAN/LIDIAWATI

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus Palangka Raya, Rabu (20/3), menggelar konferensi pers terkait meninggalnya seorang bayi pada 25 Januari 2024 lalu.

Tentunya kabar ini terus menjadi sorotan publik, apalagi pada saat konferensi pers ayah (bayi) mengamuk untuk meminta penjelasan. Sambil berteriak dan dijaga oleh pihak keamanan, Afner Jupiwarno selaku ayah bayi minta penjelasan kepada pihak RS Doris Sylvanus.

“Saya tidak pernah mendapatkan kejelasan penyebab kematian anak saya, dari anak saya meninggal hingga sekarang. Saya jelas marah karena itu anak saya, darah daging saya, dan anak saya sudah meninggal malah yang mendapatkan penjelasan adalah publik,” ucap Afner, di RSUD Doris Sylvanus, Rabu (20/3).

Ia mengaku membutuhkan penjelaskan dari dokter dan pihak-pihak terkait secara ilmiah dengan data yang ada.

“Tetapi tadi malam saya mendapatkan informasi malah publik yang mendapatkan penjelasan kematian anak saya dan kenapa bukan saya yang mendapatkan penjelasan. Penjelasan secara resmi saya belum dapatkan tetapi publik yang malah diberikan penjelasan,” katanya lagi.

“Anak saya itu diperiksa di Rumah Sakit Muhammadiyah tidak ada mengalami jantung dan paru bocor. Anak saya sehat, tetapi sampai di Doris setelah selesai dioperasi itu tiba-tiba ada jantung dan paru bocor. Kalau memang dari awal ada bocor paru dan jantung tidak mungkin mereka berani mengambil tindakan untuk operasi. Ini kan pasca operasi anak saya mengalami jantung dan paru bocor,” sambungnya.

Afner juga menambahkan, pada saat kejadian setelah alamarhum anaknya berhenti bernapas dengan waktu setengah jam baru dipasang ventilator oleh pihak rumah sakit. Menurutnya, hal tersebut sangat tidak tepat karena keterlambatan dari pihak rumah sakit.

“Jadi kemarin saya datang ke sini masih baik-baik, tetapi kenapa hari ini saya ribut karena yang diberikan penjelasan publik dan bukan saya. Itu anak saya bukan anak publik. Jangankan menjelaskan secara resmi menjelaskan dari hati ke hati oleh pihak Doris ke saya saja tidak ada,” ujarnya.

“Jadi kalau Rumah Sakit Doris datang ke saya itu tidak akan merendah derajat mereka, apalagi saya ini masih keadaan berduka. Saya meminta anak saya mendapatkan keadilan. Saya tidak mau kejadian seperti ini terjadi di orang lain, cukup saya saja sendiri,” pungkasnya.

Plt Direktur RSUD dr Doris Sylvanus Ady Fraditha mengatakan, bahwa apa yang dilakukan oleh tenaga medis dan kesehatan pihaknya sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku.

“Sudah kami lakukan tindakan oleh dokter kami, komunikasi dan edukasi kepada orang tua pasien, dan disetujui oleh orang tua pasien,” ujar Ady.

Di tempat yang sama, dr Anto dari Bidang Pelayanan Medik, mengungkapkan pihaknya telah mengumpulkan informasi dari berbagai pihak.

“Pasien bayi lahir pada tanggal 9 Januari 2024, di luar RS Doris Sylvanus.

Kemudian pada tanggal 12 Januari 2024 pasien dirujuk ke RS Doris atas indikasi kembung dan muntah. Kemudian dilakukan pemeriksaan yang diperlukan dan penanganan awal,” ujarnya.

Setelah itu, lanjutnya, ditemukan keadaan bertambah kembung, yang mengarah pada kegawatan. Kemudian diputuskan untuk melakukan tindakan bedah dengan tujuan life saving.

“Setelah penjelasan oleh dokter kepada keluarga, keluarga memberikan persetujuan operasi pada tanggal 16 Januari 2024, atas indikasi sumbatan usus (ileus Obstruktif) diduga megakolon,” ujarnya.

Kemudian pada saat operasi ditemukan atresia ileum atau tidak terbentuknya usus halus ileum distal. Dokter memutuskan untuk melanjutkan operasi untuk menjaga kondisi pasien selama operasi.

“Pasien dirawat post operasi di ruangan yang sesuai dengan kondisinya. Pasien tetap dilakukan observasi pemeriksaan, perawatan, dan terapi yang diperlukan sesuai dengan kondisinya setelah operasi,” katanya.

Ia menyampaikan, pada tanggal 25 Januari terjadi  penurunan kondisi, yaitu 9 hari pasca operasi, pasien mengalami gagal napas, dan pada hari ke 9 tersebut diputuskan untuk dimasukkan ke ruang ICU dan dipasang ventilator.

“Dilakukan penanganan kegawatan oleh dokter dan perawat yang bertugas, namun kondisi pasien tetap menurun dan meninggal pada tanggal 25 Januari 2024,” jelasnya. ldw